Model Pembelajaran Bolabasket Mini Berbasis Bermain

Dr. Ahmad Septiandika Adirahma, S.Pd., M.Or.

MODEL PEMBELAJARAN BOLABASKET MINI BERBASIS BERMAIN

Beranda >> Detail

Detail

MODEL PEMBELAJARAN BOLABASKET MINI BERBASIS BERMAIN​

Thorne (1993) memaknai “bermain” sebagai “contest/dramatic performance”, Rituals like “girls-chase-the-boys” (chasing), dan “cooties” yang dipahami sebagai “permainan gender” yang dapat digunakan untuk memahami praktik bersama yang memberlakukan dan terkadang menantang pengaturan gender yang bervariasi dan bermakna.

Dalam pembelajaran PJOK, guru dapat membagi siswa menjadi Tim A dan Tim B untuk melaksanakan berbagai permainan atau lomba yang melatih keterampilan gerak dasar, kebugaran jasmani, dan kerja sama. Pembagian dilakukan secara acak atau berdasarkan pertimbangan variasi kemampuan fisik, sehingga setiap tim berisi kombinasi siswa dengan kemampuan beragam.


Kegiatan ini dapat berupa permainan bola, lomba estafet, atau permainan tradisional yang dimodifikasi. Dengan sistem ini, siswa belajar bekerja sama, berkompetisi secara sehat, serta mempraktikkan teknik gerak dan strategi permainan yang dipelajari.


Permainan chasing (kejar-kejaran) adalah salah satu bentuk permainan yang sangat disukai anak-anak di sekolah, baik saat jam pelajaran PJOK maupun saat bermain bebas di halaman sekolah. Unsur dasarnya adalah chase (mengejar), elude (menghindar), capture (menangkap), dan rescue (menyelamatkan teman). Permainan ini sering dimulai dengan bentuk provokasi seperti ejekan ringan (“ayo kejar aku!”), sentuhan
kecil di bahu, atau mengambil barang seperti topi atau bola. Provokasi ini bisa diabaikan, dibalas dengan protes, atau dijadikan pemicu permainan kejar-kejaran. Dalam permainan, peran pengejar (chaser) dan yang dikejar (chased) bisa berganti kapan saja.

Permainan kejar-kejaran bisa melibatkan satu pengejar melawan satu yang dikejar, atau beberapa pengejar melawan beberapa yang dikejar. Hasilnya beragam, misalnya permainan berakhir saat yang dikejar berhasil lolos, tertangkap, disentuh, atau saat barang yang diambil berhasil direbut kembali. Beberapa permainan memiliki zona aman (safe zone), sementara yang lain tidak.

Anak-anak sering menggabungkan kejar-kejaran dengan permainan fantasi seperti “polisi dan perampok” atau “penjara”, di mana tim tertentu bertugas menangkap lawan dan mengurung mereka di “penjara” sampai diselamatkan teman.

Agar lebih inklusif, permainan ini diubah pembagiannya menjadi Tim A dan Tim B secara acak, bukan berdasarkan gender. Dengan demikian, semua anak bisa bermain bersama tanpa terkotak berdasarkan jenis kelamin, namun tetap mempertahankan keseruan, strategi, dan unsur kebugaran jasmani dari permainan kejar-kejaran.

Permainan “cooties” atau “cootie tag” adalah bentuk permainan kejar-kejaran di mana seseorang dianggap sebagai “pembawa kuman” (contaminating) dan tugasnya adalah menularkan kuman itu kepada orang lain dengan cara menyentuh. “Kuman” ini bersifat imajiner (tidak nyata) dan biasanya dimulai dengan pernyataan seperti “Kamu punya cooties!”. Anak-anak punya berbagai cara untuk “memberikan”, “menghilangkan”, atau “melindungi diri” dari cooties, misalnya dengan pura-pura menyemprotkan “vaksin cootie”, menggambar simbol di tangan sebagai tanda imunisasi, atau membuat gerakan tangan khusus.

Dalam bentuk asli permainan ini, kadang ada bias gender atau stereotip (misalnya anak perempuan lebih sering dianggap memberi cooties kepada anak laki-laki), bahkan bisa mengandung unsur diskriminasi berbasis ras atau kondisi fisik. Agar lebih sehat, inklusif, dan mendidik, permainan ini bisa dimodifikasi menjadi “Healthy Tag” atau “Germ Tag” yang menekankan edukasi tentang kebersihan dan kesehatan, dengan pembagian tim menjadi Tim A dan Tim B secara acak.

BOLABASKET MINI

Bolabasket Mini adalah modifikasi dari permainan bolabasket yang dirancang khusus untuk anak-anak usia 7 hingga 12 tahun. Permainan ini disesuaikan dengan perkembangan fisik, motorik, dan kognitif anak, dengan perubahan seperti ukuran bola yang lebih kecil dan ringan, tinggi ring yang lebih rendah, serta lapangan yang lebih kecil. Tujuan dari mini basket bukan hanya mengajarkan teknik dasar bolabasket, tetapi juga memperkenalkan strategi permainan sederhana serta nilai-nilai sportivitas, kerja sama, dan disiplin. Permainan ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan aman, sambil mengembangkan koordinasi motorik, keterampilan sosial, dan kepercayaan diri anak-anak. Bolabasket mini merupakan permainan yang dimodifikasi secara khusus untuk anak usia sekolah dasar, dengan menyesuaikan ukuran lapangan, tinggi ring, dan ukuran bola agar sesuai dengan kemampuan motorik dan fisik anak (Supriyadi, 2021). Permainan ini tidak hanya meningkatkan minat anak dalam aktivitas fisik, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan keterampilan motorik, kebugaran jasmani, serta perkembangan sosial dan emosional. Melalui pendekatan bermain yang menyenangkan dan aturan yang mudah dipahami, anak-anak dapat mentransfer keterampilan dasar bolabasket ke dalam situasi permainan yang nyata, sehingga memperkuat pemahaman taktis dan keterampilan bermain secara menyeluruh.

Dalam konteks pendidikan jasmani, mini basketball merupakan sarana efektif untuk meningkatkan literasi gerak, mengenalkan konsep ruang dan waktu dalam permainan, serta melatih pengambilan keputusan melalui permainan yang sederhana namun bermakna. Selain itu, kegiatan ini juga memfasilitasi pembelajaran berbasis permainan (game-based learning) yang terbukti meningkatkan motivasi anak dalam berpartisipasi aktif dalam aktivitas fisik. Banyak negara telah menjadikan mini basket sebagai bagian dari kurikulum pendidikan jasmani di sekolah dasar. Bolabasket mini adalah versi modifikasi dari bolabasket yang dirancang untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun, selaras dengan tahap perkembangan fisik dan kognitif mereka. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa program latihan mini-basketball (Mini-Basketball Training Program/MBTP) tidak hanya efektif dalam meningkatkan kebugaran jasmani, namun juga berdampak positif pada fungsi kognitif dan gejala inti ASD, termasuk komunikasi sosial. Secara neurologis, gangguan SC pada anak ASD telah dikaitkan dengan kelainan pada executive control network (ECN) otak.(Yang et al., 2021).

Penyesuaian tersebut memungkinkan anak-anak untuk belajar dan bermain dalam suasana yang mendukung pertumbuhan serta perkembangan mereka secara menyeluruh.

Bolabasket Mini tidak hanya menekankan aspek keterampilan fisik semata, tetapi juga berfungsi sebagai media untuk menanamkan nilai moral, mengembangkan emosi yang stabil, dan memperkuat hubungan sosial anak-anak. Sebagai sarana pendidikan, mini basket menjadi ruang yang efektif untuk mengembangkan karakter dan sikap positif anak-anak sejak dini. Karena bolabasket adalah game di mana bola passing, dribble, dan shoting, ukuran bola harus sesuai dengan peserta. Regulasi bolabasket pria terlalu berat dan besar untuk anak-anak. Mungkin akan menggunakan standar bolabasket wanita (18 hingga 20 ons dan lingkar 28,5 hingga 29,0 inci), atau bola yang lebih kecil lagi yang dibuat khusus untuk liga pemuda. Courts yang diperkecil memungkinkan anak-anak berkompetisi tanpa terlalu lelah. Rekomendasi untuk menurunkan ketinggian keranjang, sehingga pemain termuda sekalipun dapat membawa bola ke ring dengan shooting, bukan throwing, dan mengalami kesuksesan

Mini basketball tidak hanya menekankan aspek keterampilan fisik semata, tetapi juga berfungsi sebagai media untuk menanamkan nilai moral, mengembangkan emosi yang stabil, dan memperkuat hubungan sosial anak-anak. Sebagai sarana pendidikan, mini basket menjadi ruang yang efektif untuk mengembangkan karakter dan sikap positif anak-anak sejak dini. Karena bolabasket adalah game di mana bola passed, dribbled, dan shot dengan hands, ukuran bola harus sesuai dengan peserta. Regulasi bolabasket pria terlalu berat dan besar untuk anak-anak. Mungkin akan menggunakan standar bolabasket wanita (18 hingga 20 ons dan lingkar 28,5 hingga 29,0 inci), atau bola yang lebih kecil lagi yang dibuat khusus untuk liga pemuda. Courts yang diperkecil memungkinkan anak-anak berkompetisi tanpa terlalu lelah. Rekomendasi untuk menurunkan ketinggian keranjang, sehingga pemain termuda sekalipun dapat membawa bola ke ring dengan shooting, bukan throwing, dan mengalami kesuksesan (lihat Gambar 10).

Gambar 1 Tinggi keranjang yang direkomendasikan untuk bolabasket anak-anak sampai remaja

Sumber (McGee, 2007)

Bolabasket mini disimpulkan sebagai bentuk adaptasi permainan bolabasket yang dirancang secara khusus untuk anak-anak, dengan penyesuaian ukuran bola, dimensi lapangan, dan tinggi ring. Penyesuaian ini bertujuan untuk memastikan bahwa anak dapat melakukan teknik dasar seperti passing, dribbling, dan shooting dengan benar dan efektif sesuai kemampuan fisiknya. Dengan penggunaan bola yang lebih ringan dan kecil serta tinggi ring yang diturunkan, anak-anak dapat merasakan keberhasilan dalam permainan, meningkatkan kepercayaan diri, dan membangun minat jangka panjang terhadap aktivitas fisik melalui pengalaman bermain yang positif. aktivitas fisik dalam permainan bolabasket mini yang bersifat aerobik dan anaerobik terbukti meningkatkan kebugaran jasmani, termasuk kapasitas kardiorespirasi dan pengurangan lemak tubuh. Aktivitas ini juga mendukung peningkatan fungsi kognitif, kesiapan belajar, serta prestasi akademik siswa. Dengan demikian, model pembelajaran melalui permainan bolabasket mini terbukti tidak hanya efektif untuk meningkatkan aspek fisik, tetapi juga sosial dan emosional siswa, serta direkomendasikan untuk diterapkan secara luas dalam konteks pendidikan jasmani di sekolah dasar.(Supriyadi, 2021)

Tujuan Model Pembelajaran Bolabasket Mini

Model pembelajaran bolabasket mini dirancang secara khusus untuk menjawab kebutuhan pembelajaran jasmani pada anak-anak usia sekolah dasar, khususnya pada Fase C (kelas V dan VI). Tujuan utama dari model ini adalah menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, dan adaptif terhadap kemampuan fisik dan psikososial peserta didik. Permainan bolabasket mini memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar melalui pengalaman langsung, mengembangkan kemampuan motorik dasar, serta membentuk karakter positif melalui aktivitas kelompok.

Secara umum, tujuan model pembelajaran bolabasket mini dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain utama, yaitu: (1) domain psikomotor, (2) domain kognitif, dan (3) domain afektif. Pada domain psikomotor, tujuan pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar seperti dribbling, passing, shooting, dan pivot, yang disesuaikan dengan ukuran dan peralatan yang ramah anak. Model ini juga bertujuan meningkatkan koordinasi, kelincahan, serta daya tahan jasmani melalui aktivitas bermain yang intens namun menyenangkan.

Dalam domain kognitif, pembelajaran difokuskan pada pengembangan pemahaman siswa terhadap konsep ruang, strategi permainan, serta kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam konteks permainan. Anak-anak dilatih untuk berpikir taktis, memahami aturan sederhana, dan menerapkannya dalam permainan nyata. Hal ini mendorong proses berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah, sesuai dengan kemampuan berpikir anak-anak pada fase operasional konkret.

Sementara itu, pada domain afektif, tujuan pembelajaran meliputi pembentukan sikap sportivitas, kerja sama, tanggung jawab, dan rasa saling menghormati antar pemain. Melalui permainan kelompok seperti bolabasket mini, siswa belajar bagaimana menjalin interaksi sosial yang sehat, berkomunikasi secara positif, serta menghargai peran dan kontribusi teman satu tim maupun lawan. Hal ini sangat penting dalam membentuk karakter sosial yang kuat sejak usia dini.

Menurut (Supriyadi, 2021) Tujuan model pembelajaran bolabasket mini mencakup:

    1. Meningkatkan keterampilan sosial melalui interaksi dalam tim, kerja sama, menghormati wasit dan lawan.
    2. Memperkuat keterampilan motorik seperti dribbling, passing, shooting, dan pivot melalui latihan yang terstruktur dan berulang.
    3. Meningkatkan kebugaran jasmani, mencakup aspek aerobik, anaerobik, kelincahan, dan daya tahan melalui aktivitas fisik intens selama sesi permainan.

Secara khusus, model pembelajaran bolabasket mini juga bertujuan untuk:

    1. meningkatkan minat siswa terhadap aktivitas jasmani melalui pendekatan yang menyenangkan;
    2. menyediakan pengalaman belajar yang adaptif bagi siswa dengan berbagai tingkat kemampuan;
    3. memfasilitasi pembelajaran berbasis permainan yang memadukan teknik, taktik, dan nilai-nilai sosial secara seimbang; dan
    4. mendukung pengembangan literasi gerak sebagai fondasi penting bagi pembelajaran jasmani jangka panjang.

Dengan mengintegrasikan tujuan-tujuan tersebut, model pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif strategis dalam merancang pembelajaran pendidikan jasmani yang kontekstual, menyenangkan, dan berdampak positif terhadap perkembangan peserta didik secara menyeluruh.

Keterampilan Bolabasket Mini

Keterampilan gerak dasar juga disebut sebagai keterampilan motorik dasar, keterampilan gerak dasar adalah aktivitas motorik umum (misalnya, berjalan, berlari, melompat, dan melempar) yang memiliki pola gerakan tertentu. Dipercaya juga bahwa keterampilan dasar ini bersifat umum yang mana mereka membentuk fondasi untuk aktivitas gerakan yang lebih advanced dan spesifik. Teknik dasar adalah dasar kesuksesan pemain bolabasket. Tanpa teknik dasar yang menghasilkan hasil maksimal dari kemampuan pemain, peluang untuk sukses sangat meragukan. Dasar keterampilan bolabasket perlu ditekankan dan dipraktekkan sebelum permainan. Tim yang telah dilatih dengan baik dengan teknik dasar, akan sulit untuk dikalahkan. Berikut ini adalah dasar keterampilan bolabasket:

Passing

Passing atau operan mengandung pengertian mengoper bola dan menangkap (menerima) bola . Passing adalah cara tercepat dan paling efektif untuk mendapatkan bola dari pemain ke pemain dan bergerak di sekitar lapangan. Passing digunakan untuk move bola ke atas court dengan cepat saat fast break, untuk mengatur offensive plays, untuk membuat bola open teammates untuk peluang scoring, atau untuk mengeluarkan bola dari area congested setelah rebound. Pemain juga harus memahami bahwa menjadi passer yang baik menghasilkan pemain yang lebih baik, yang pada gilirannya membuat tim lebih sukses. Karena passing lebih cepat daripada dribble, pemain harus selalu menilai situasi permainan dan lokasi rekan satu tim dan pemain bertahan untuk melihat apakah ada peluang untuk mengoper bola sebelum mereka memilih untuk dribble. Macam-macam passing:

  1. Chest pass

Elemen passing yang baik yang sering diabaikan adalah bagaimana menggunakan legs untuk menghasilkan momentum pass. Chest pass, ditunjukkan pada Gambar 2, dinamakan demikian karena bola dilempar dengan dua hands dari passers chest ke area receivers chest. Ini adalah jenis pass yang paling umum digunakan selama game karena dapat dilempar dari berbagai posisi di floor. Akan tetapi, waktu terbaik untuk menggunakan chest pass adalah saat tidak ada defender di antara passer dan receiver—misalnya, di open court saat melakukan fast break atau untuk ball reversal di sekeliling.

Gambar 2 Chest pass

Sumber (McGee, 2007)

Chest pass dilaksanakan dengan cara berikut (McGee,2007):

  1. Pemain pertama-tama dalam posisi athletic yang seimbang, dengan feet dibuka selebar bahu dan knees ditekuk.
  2. Pegang bola dengan dua hands di dekat bagian tengah dada, dengan thumbs ke atas dan elbows ke dalam.
  3. Bola dipegang dekat dengan tubuh
  4. Saat melakukan pass, rentangkan arms hingga full length, memutar elbows dan wrists ke luar sehingga hands finish in a thumbs-down, palmsout position.
  5. Pemain harus melepaskan bola dengan snap of the wrist, memberikan spin pada bola dengan jari telunjuk dan tengah serta ibu jari saat meninggalkan tangan, sehingga bola akan bergerak dalam garis lurus ke receiver.
  6. Follow through dengan arms.
  7. Bounce pass

Terkadang lebih mudah bagi seorang passer untuk membawa bola ke rekan setimnya dengan bouncing bola sekali di court sebelum mencapai receiver. Misalnya, seorang defender mungkin guarding pemain dengan kedua hands overhead, mencegah pass melewati udara ke teammate. Dalam hal ini, bounce pass mungkin merupakan satu-satunya cara untuk membawa bola ke teammate. Bounce passes digunakan saat mereka dijaga ketat dan mungkin tidak memiliki space untuk extend their arms dalam chest pass. Bounce passes seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2

Bounce pass sangat mirip dengan chest pass, kecuali bola bounced saat passed ke receiver. Bounce pass direkomendasikan untuk backdoor cuts dan untuk leading pemain ke keranjang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sulit untuk menggunakan chest pass saat defender berada di antara passer dan receiver. Namun, bounce pass dapat digunakan dalam situasi ini karena pass dapat dilakukan di bawah arms of the defender. Bounce pass paling efektif bila digunakan setelah fake pass yang menyebabkan defender to raise the hands up. Bounce pass tidak disarankan untuk perimeter passes karena merupakan slower pass dan dapat diambil dengan lebih mudah oleh aggressive defenders yang memainkan passing lane.

Gambar 3 Bounce pass

Sumber (McGee, 2007)

Bounce pass dilaksanakan dengan cara berikut (McGee, 2007):

    1. Seperti halnya semua passes, bounce pass yang efektif mengharuskan pemain pertama-tama berada dalam sikap athletic yang seimbang, dengan feet terbuka selebar shoulder dan knees ditekuk.
    2. Kepala harus diposisikan di atas support base, sedikit di belakang knees dan di atas waist, dengan back straight. Sikap ini akan memungkinkan passer untuk memberikan lebih banyak power dan speed pada bola.
    3. Posisi hand dan arm awal untuk bounce pass sama dengan chest pass. Saat bersiap untuk melakukan bounce pass, pemain harus memegang bola dengan dua hands di dekat badan di waist, dengan thumbs ke atas dan elbows ke dalam.
    4. Saat melakukan pass, gerakannya sama seperti yang dideskripsikan untuk chest passpasser merentangkan arms ke luar hingga full length, memutar elbows dan wrists ke luar sehingga hands selesai dalam posisi thumbs ke bawah, telapak tangan keluar.
    5. Pemain harus melepaskan bola dengan snap of the wrist, memberikan spin pada bola dengan jari telunjuk dan tengah serta thumbs saat meninggalkan hands, sehingga bola akan bergerak dalam garis lurus ke receiver.
    6. Pemain juga harus melangkah ke pass — seperti yang mereka lakukan untuk chest pass — ke arah receiver untuk menciptakan lebih banyak power. Namun, untuk bounce pass, pemain harus menekuk knees untuk membantu mereka turun saat melangkah ke pass. Semakin rendah passer saat melakukan pass, semakin berkurang kemungkinan pass diambil oleh defender.
    7. Saat melakukan bounce pass, pemain harus mengarahkan bola sehingga bounces kira-kira dua pertiga jarak antara passer dan receiver. Ini akan mengakibatkan bola tiba di receivers waist. Jika bola bounces terlalu dekat dengan passer, biasanya passnya lambat dan tinggi yang dapat dengan mudah dicegat. Jika bola bounces terlalu dekat dengan receiver, biasanya bola terlalu rendah, sehingga sulit untuk ditangani oleh receiver.
  1. Overhead pass

Opsi pass lainnya adalah two hand overhead pass. Overhead pass adalah pass dua tangan yang dilemparkan dari atas kepala passer. Pass ini paling efektif ketika seorang pemain dijaga ketat dan perlu untuk pass over the defender. Overhead pass sering digunakan oleh pemain sebagai outlet pass untuk memulai break, a skip pass over the defense, atau opsi untuk feeding the post (lihat Gambar 3).

Gambar 4 Twohand overhead pass

Sumber (McGee, 2007)

Overhead pass dilaksanakan dengan cara berikut (McGee, 2007):

  1. Seperti halnya semua passes, overhead pass yang efektif mengharuskan pemain pertama-tama berada dalam posisi athletic yang seimbang, dengan feet dibuka selebar shoulder dan knees ditekuk.
  2. Kepala harus diposisikan di atas support base, sedikit di belakang knees dan di atas waist, dengan back straight. Sikap ini akan memungkinkan passer untuk memberikan lebih banyak power dan speed pada bola.
  3. Saat bersiap melakukan overhead pass, pemain harus memegang bola di atas kepala dengan hands dalam posisi handshake di kedua sisi bola.
  4. Pemain harus memegang bola di depan forehead, dengan elbows masuk dan flexed kira-kira pada sudut 90 derajat. Pemain harus memastikan bola tidak dipegang di belakang kepala karena bisa dicuri dengan mudah dari posisi ini. Ini juga akan memakan waktu lebih lama untuk mendapatkan pass jika dimulai dari belakang kepala.
  5. Saat melakukan pass, pemain harus extend the elbows dan memutar arms sehingga hands bergerak ke posisi thumbs ke bawah di depan forehead.
  6. Release dilakukan dengan snap of the wrist dengan forcing the wrists dan jari melewati bola. Pemain juga harus memberikan spin pada bola menggunakan jari telunjuk dan jari tengah serta thumbs; ini akan membantu bola bergerak dalam garis yang lebih lurus dan membuatnya lebih mudah ditangkap daripada bola tanpa spin.
  7. Mirip dengan saat melakukan chest pass, pemain harus melangkah ke overhead pass dengan nonpivot foot, dengan toes mengarah ke receiver, untuk menciptakan lebih banyak power. Passer tidak boleh overextend langkah karena ini cenderung membuat passer kehilangan keseimbangan dan mengurangi power di belakang pass.

Dribbling

Dribble adalah membawa bola dengan cara memantul-mantulkannya. Dribble bola hanya diperbolehkan hanya dengan satu tangan kanan saja atau kiri saja dan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri (Sarumpaet dkk., 1992). Prinsip dalam mengajarkan teknik menggiring bola antara lain kontrol pada jari-jari tangan; mempertahankan tubuh tetap rendah; kepala tegak; melatih kedua tangan agar sama-sama memiliki dribble yang bagus; lindungi bola. Jika ada satu hal yang disukai pemain muda saat memegang bolabasket, itu adalah bounce. Sayangnya, ketika mereka practice sendiri, hanya beberapa pemain yang benar-benar dribble atau menggunakan teknik yang akan meningkatkan keterampilan dribbling mereka. Oleh karena itu, perlu berlatih cara dribble secara efektif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Saat pemain menguasai bolabasket, mereka memiliki dua opsi untuk menggerakkan bola: pass atau dribble. Pemain dapat menggunakan dribble untuk menggerakkan bola keluar dari area padat saat pass tidak tersedia, untuk advance bola ke atas court saat receivers tidak terbuka (terutama melawan pressure defenses), untuk menembus defense untuk drive ke keranjang, atau untuk draw defenders ke mereka untuk menciptakan celah bagi teammate. Dribble juga dapat digunakan untuk mengatur offensive plays, untuk meningkatkan posisi sebelum passing ke teammate, dan untuk membuat shot.

Gambar 5 Teknik dribbling yang benar

Sumber (McGee, 2007)

Mengajari pemain teknik dribbling yang benar merupakan problematic, karena kebanyakan dari mereka sudah memiliki kebiasaan dribbling yang salah. Tiga kesalahan paling umum yang dilakukan oleh para dribblers muda otodidak adalah: slapping bola dari area chest dan menunggunya bounce back up; menundukkan kepala, dengan mata terpaku pada setiap bounce; dan menggunakan satu tangan secara eksklusif untuk bounce bola. Untuk memperbaiki kesalahan dribbling ini dan berusaha meningkatkan keterampilan dribbling, cara untuk melakukan dribbling adalah sebagai berikut (American Sport Education Program, 1991):

  1. Membentuk perasaan pada bola, dengan pads dari jari-jari tangan;
  2. Pertahankan posisi siap, pertahankan knees ditekuk dan rear down;
  3. Menjaga agar dribble tetap terkontrol dan selalu bounce bola di bawah ketinggian waist, dan bahkan lebih dekat ke lantai saat dijaga ketat;
  4. Bounce bola ke dekat tubuh dan lindungi dribble dari defender dengan hand dan arm yang tidak dribbling;
  5. Tegakkan kepala dan lihat seluruh court (dan rekan satu tim);
  6. Belajar bagaimana dribble dengan hands kanan dan kiri.

Dalam melakukan dribbling, perlu memperhatikan hal-hal berikut (American Sport Education Program, 1991):

  1. Pertahankan dribble‘alive” sampai Anda memiliki shot atau rekan setim yang terbuka untuk dipass.
  2. Memvariasikan kecepatan dan arah dribble agar defenders tidak lengah.
  3. Melindungi dribble dari pemain defensive dengan arm yang tidak dribbling saat dijaga ketat.
  4. Melakukan crossover atau mengganti dribbling hands untuk melindungi bola setelah dribbling melewati defender.
  5. Tetap berada di tengah court dan jauh dari sidelines dan corners untuk menghindari terjebak.
  6. Dribble ke kerumunan—bola lebih mungkin dicuri.
  7. Bersikap tegas dan percaya diri saat dribbling bola.

Shooting

Setiap pemain suka memasukkan bolabasket ke ring. Shooting adalah salah satu keterampilan teknik individu terpenting yang harus dipelajari pemain untuk menjadi pemain bolabasket yang sukses. Tujuan dasar dalam game bolabasket adalah score dengan melakukan shots. Teknik dan form yang tepat adalah komponen penting untuk menjadi shooter yang baik. Untuk mendapatkan dasar-dasar shooting dan mendorong pemain untuk mempelajarinya, beri tahu mereka bahwa mereka akan mendapatkan “SCORE” jika mereka melakukan hal-hal ini:

S—Select hanya shots dengan persentase tinggi.

C—Concentrate pada target mereka.

O—Order movements: square up, bend knees dan elbows, cock wrist..

R—Release dan wavegoodbye” pada bola.

E—Extend the shooting arm up dan out toward the basket.

Meskipun shot yang paling umum pada level permainan yang lebih tinggi adalah jump shot, pemain muda yang lack the leg strength dan koordinasi untuk spring dari lantai saat shooting akan lebih sering melakukan shoot set shots. Jadi pemain perlu mempelajari mekanisme set shot terlebih dahulu, dan mereka akan dapat advance ke jump shot saat mereka meningkatkan strength dan meningkatkan koordinasi. Berikut ini adalah cara melakukan shooting (American Sport Education Program, 1991):

    1. Letakkan bola di finger pads masing-masing hand, dengan shooting hand behind dan sedikit di bawah bola dan nonshooting hand menyeimbangkan bola dari samping.
    2. Fokus pada target tertentu, biasanya rim atau backboard. Bagian tengah rim harus menjadi target untuk sebagian besar shots, tetapi ketika berada pada sudut 30 sampai 60 derajat dari ring, lihat sudut kotak di backboard untuk bankshot (lihat Gambar 5).
    3. Sejajarkan shoulders, hips, dan feet dengan (menghadap) ke keranjang. Foot di sisi shootinghand bisa sampai 6 inci di depan foot lainnya sehingga base of support nyaman dan seimbang.
    4. Tekuk knees untuk mendapatkan momentum shot. Biarkan legs, bukan arms, menjadi sumber tenaga utama untuk shot.

Gambar 6 Sighting keranjang

Sumber (McGee, 2007)

    1. Tekuk shootingarm elbow kira-kira pada sudut 90 derajat, pertahankan forearm tegak lurus dengan lantai dan di depan wrist yang cocked saat bola dibawa ke posisi shooting di atas forehead (lihat Gambar 6).
    2. Saat legs are extended, lepaskan bola dengan extending the elbow, bawa wrist ke depan, dan gerakkan fingers of the shooting hand ke atas dan melewati bola (lihat Gambar 7). Nonshooting arm and hand harus mempertahankan posisi suportifnya di sisi bola sampai setelah dilepaskan.
    3. Follow through setelah release dengan landing dengan kedua feet, extending the shooting arm dan dropping the wrist, arahkan jari telunjuk shooting hand langsung ke keranjang. Untuk beberapa practices, pemain Anda mungkin akan kesulitan shooting bola dengan benar. Itu karena mereka mengembangkan kebiasaan shooting yang buruk, dan gerakan shooting yang benar terasa canggung bagi mereka. Periksa apakah pemain Anda tidak shootingline drives” ke ring. Bantu mereka untuk melihat betapa pentingnya arc yang tepat dalam membiarkan shot memiliki peluang masuk yang masuk akal. Ingatkan mereka untuk shoot bola ke atas, lalu ke luar, ke arah keranjang.

Gambar 7 Sikap yang benar untuk set shot

Sumber (McGee, 2007)

Gambar 8 Pelepasan bola yang tepat pada set shot

Sumber (McGee, 2007)

PRODUK PENGEMBANGAN

Keterampilan passing

        1. Contest passing: Passing mengelilingi segitiga

Set up

Setiap tim beranggotakan tiga orang memiliki satu bola dan sebuah segitiga sama sisi 3 meter. 1 tim adalah TIM Adan 1 tim adalah TIM B.

Eksekusi

Atas sinyal dari guru, setiap tim melakukan chest pass secepat mungkin mengelilingi segitiga mereka. Tim mana yang membuat passes atau sirkuit terbanyak selama waktu yang ditentukan (2 menit) adalah tim yang menang.

        1. Chasing passing: Cat in the Ring

Set up

Sebuah lingkaran dengan diameter 3 meter. Empat pemain ditempatkan di sekitar lingkaran dan seorang pemain ditengah lingkaran mencoba mengambil bolabasket saat pemain di sekitar lingkaran melakukan chest pass (jika yang diluar adalah TIM B, maka yang didalam lingkaran adalah TIM A, begitu pula sebaliknya).

Eksekusi

Keempat pemain di sekitar lingkaran diharuskan melakukan chest pass selama 2 menit dan tetap berada di posisinya. Pemain tengah mencoba mengejar dan mengambil bolabasket saat dilakukannya passing. Jika pemain tengah dapat mengambil bola dari salah satu pemain di sekitar lingkaran, maka pemain tengah akan menggantikan posisi pemain luar dan pemain luar akan menggantikan pemain tengah. Selain itu, jika pemain sekitar lingkaran tidak tetap berada di posisinya saat menerima pass, maka pemain tersebut akan menggantikan pemain tengah.

        1. Cooties passing: Distract passing

Set up

Konsep ini menjaga target dan menantang ballhandler untuk menangkis passing. Diarea target pass, seorang dari TIM B menjaga target. 4 TIM A berbaris sejajar di sisi yang lain. Waktu permainan ditetapkan 4 menit. Target lingkaran dan area lingkaran yang diarsir dengan diameter 1 meter. Target lingkaran berada di dinding. Jarak dribble dan chest pass adalah 2 meter

Eksekusi

TIM B bertindak sebagai penjaga. TIM A yang melakukan chest pass ke target. TIM A menggiring bola ke area lingkaran. Begitu mereka memasuki area ini (area yang diarsir pada gambar), TIM B yang menjaga target dapat menantang bola. Jika TIM B dapat menyentuh bola atau menangkap bola dari pass TIM A, pemain TIM A tersebut keluar baris dan tidak melanjutkan permainan.

Catatan

Posisi penjaga dan yang melakukan passing dapat dilakukan bergantian.

Keterampilan shooting

  1. Contest shooting: Goal scoring

Set-up

Dua keranjang bolabasket beserta tiangnya. Setiap tim beranggotakan empat orang memiliki satu bola. 1 tim adalah TIM A dan 1 tim adalah TIM B. Tindakan yang dilakukan dalam goal-scoring terdiri dari passing, dribbling, dan shot ke keranjang lalu kembali ke posisi cone orange setelah melakukan shot.

Eksekusi

Selama 5 menit, setiap tim berlomba untuk memasukkan bolabasket ke keranjang sebanyak-banyaknya. Bolabasket yang masuk terbanyak adalah tim yang menang. Tindakan pertama, satu pemain chest pass ke pemain tengah (jarak 2 meter). Setelah menerima bola, pemain tengah dribbling (2 meter), lalu shot ke keranjang, kemudian berlari ke ujung barisan.

  1. Chasing shooting: Cat in half-circle

Set-up

Setengah lingkaran berdiameter 2 meter. Empat pemain ditempatkan di sekitar setengah lingkaran dan seorang pemain ditengah mencoba mengambil bolabasket saat pemain melakukan shot (jika yang diluar adalah TIM B, maka yang didalam lingkaran adalah TIM A, begitu pula sebaliknya). Setiap pemain memegang bolabasket (pemain yang ditempatkan di sekitar setengah lingkaran).

Eksekusi

Keempat pemain diharuskan melakukan shot selama 2 menit secara bergantian dan tetap berada di posisinya. Pemain tengah mencoba mengejar dan mengambil bolabasket saat dilakukannya shooting. Jika pemain tengah dapat mengambil bola dari salah satu pemain di sekitar setengah lingkaran, maka pemain tengah akan menggantikan posisi pemain luar dan pemain luar akan menggantikan pemain tengah. Selain itu, jika pemain sekitar lingkaran tidak tetap berada di posisinya saat menerima pass, maka pemain tersebut akan menggantikan pemain tengah.

  1. Cooties shooting: Pressure Cooties

Konsep ini menjaga keranjang bolabasket agar tidak kemasukan bola dan menantang ballhanlder untuk menangkis shot. Diarea keranjang, seorang TIM B menjaga. 4 TIM A berbaris sejajar di sisi yang lain. Waktu permainan ditetapkan 4 menit. Jarak dribble adalah 2 meter

Eksekusi

TIM B bertindak sebagai penjaga. TIM A menggiring bola mendekati keranjang bolabasket dan melakukan shot. TIM B mencoba mengganggu TIM Asaat ia shot. TIM B tidak boleh menyentuh shooter, tapi boleh merebut bola shooter saat melakukan shot. Jika TIM B dapat mengambil bola dari shot TIM A, pemain TIM Atersebut keluar baris dan tidak melanjutkan permainan. Tapi jika TIM Adapat melakukan shot walaupun bolabasket tidak masuk ke keranjang, TIM Atersebut dapat melanjutkan permainan dan kembali ke barisan hingga waktu permainan selesai.

Catatan

Posisi penjaga dan yang melakukan shooting dapat dilakukan bergantian.

Keterampilan dribbling

  1. H:\Garapan\Rumi\Disertasi Ahmad (Basket)\Corel model pembelajaran\Dribbling\Contest dribbling.jpgContest dribbling: Dribbling faster

Set-up

Garis tegak lurus dengan panjang 3 meter. Setiap tim beranggotakan empat orang memiliki satu bola. 1 tim adalah TIM Adan 1 tim adalah TIM B.

Eksekusi

Atas sinyal dari guru, setiap tim melakukan dribble bolak balik secepat mungkin ke cone orange yang telah ditetapkan. Semua anggota tim harus melakukan dribble dan tim mana yang melakukan dribbling tercepat selama waktu yang ditentukan (2 menit) adalah tim yang menang.

  1. Chasing dribbling: Cat in center

TIM A

TIM B sebagai pengejar

Set-up

Sebuah lingkaran dengan diameter 3 meter. Empat pemain ditempatkan di sekitar lingkaran dan seorang pemain ditengah lingkaran mencoba mengambil bolabasket saat pemain di sekitar lingkaran melakukan dribbling (jika yang diluar adalah TIM B, maka yang didalam lingkaran adalah TIM A, begitu pula sebaliknya). Setiap pemain memegang bolabasket (pemain yang ditempatkan di sekitar lingkaran).

Eksekusi

4 pemain dribble ke tengah lingkaran secara bersamaan lalu berbalik ke posisinya secara terus menerus selama 2 menit. Pemain tengah mencoba mengejar dan mengambil bolabasket saat dilakukannya dribbling. Jika pemain tengah dapat mengambil bola dari salah satu pemain di sekitar lingkaran, maka pemain tengah akan menggantikan posisi pemain luar dan pemain luar akan menggantikan pemain tengah.

  1. Cooties dribbling: Cooties in square dribbling

Set-up

4 cone orange diletakkan pada jarak 2 meter. 4 TIM Aberbaris sejajar di salah satu cone orange. Waktu permainan ditetapkan 4 menit. 1 TIM B bertindak sebagai pengganggu.

Eksekusi

TIM Adribble melewati 4 cone orange. TIM B yang berada di tengah berusaha mengganggu dribble dan mencoba merebut bola. Jika TIM B dapat merebut bola, TIM Atersebut keluar baris dan tidak melanjutkan permainan. Jika TIM A tersebut berhasil menjaga kontrol dribblingnya dan bola tidak direbut TIM B, ia dapat kembali ke belakang barisan.

Catatan

Posisi penjaga dan yang melakukan passing dapat dilakukan bergantian.

PENILAIAN

Penilaian afektif

Nama siswa :

Tanggal :

Kelas :

checklist

_____ Fokus belajar: Memperhatikan pelajaran dan tidak mudah terganggu.

______ Kerja sama: Bisa bekerja bersama teman dengan baik, sopan, dan ramah.

______ Bersikap baik: Jujur dan tetap berperilaku baik tanpa harus selalu diingatkan guru.

______ Tanggung jawab: Menyelesaikan tugas dan mau membantu saat dibutuhkan.

______ Siap belajar: Datang belajar dengan siap, tidak bermain-main sendiri.

Penilaian Kognitif

Nama siswa :

Tanggal :

Kelas :

Checklist

Keterampilan Passing

 

Menjelaskan langkah 1: Pemain berdiri dalam posisi siap, kaki dibuka selebar bahu dan lutut sedikit ditekuk.

 

Menjelaskan langkah 2: Pegang bola dengan dua tangan di depan dada, ibu jari mengarah ke atas dan siku ditekuk ke dalam.

 

Menjelaskan langkah 3: Bola dipegang dekat dengan badan, tidak dijauhkan.

 

Menjelaskan langkah 4: Saat mengoper, luruskan tangan ke depan sambil memutar siku dan pergelangan tangan ke luar, sehingga tangan berakhir dengan ibu jari mengarah ke bawah dan telapak tangan menghadap ke depan.

 

Menjelaskan langkah 5: Bola dilepas dengan sentakan pergelangan tangan (snap), agar bola berputar dan meluncur lurus ke teman yang menerima.

 

Menjelaskan langkah 6: Setelah bola dilepas, teruskan gerakan tangan (follow through) sampai lurus ke depan.

Keterampilan Shooting

 

Menjelaskan langkah 1: Letakkan bola di ujung jari-jari kedua tangan. Tangan yang menembak berada di belakang dan sedikit di bawah bola, tangan satunya membantu menyeimbangkan dari samping.

 

Menjelaskan langkah 2: Lihat ke arah sasaran, bisa ke ring atau papan pantul.

 

Menjelaskan langkah 3: Posisikan bahu, pinggul, dan kaki menghadap ke arah ring.

 

Menjelaskan langkah 4: Tekuk lutut untuk mendapatkan tenaga. Gunakan kaki sebagai sumber tenaga utama, bukan tangan.

 

Menjelaskan langkah 5: Tekuk siku tangan penembak sampai membentuk sudut 90 derajat. Pastikan lengan bawah tegak lurus ke lantai dan pergelangan tangan siap menembak, bawa bola ke atas dahi.

 

Menjelaskan langkah 6: Saat kaki diluruskan, lepaskan bola dengan meluruskan siku, dorong pergelangan tangan ke depan, dan gerakkan jari-jari tangan penembak melewati bola.

 

Menjelaskan langkah 7: Setelah bola dilepas, lanjutkan gerakan dengan mendarat di kedua kaki. Luruskan tangan penembak ke atas dan jatuhkan pergelangan tangan, arahkan jari telunjuk ke ring.

Keterampilan Dribbling

 

Menjelaskan langkah 1: Membentuk perasaan pada bola, dengan pads dari jari-jari tangan

 

Menjelaskan langkah 2: Pertahankan posisi siap, pertahankan knees ditekuk dan rear down

 

Menjelaskan langkah 3: Menjaga agar dribble tetap terkontrol dan selalu bounce bola di bawah ketinggian waist, dan bahkan lebih dekat ke lantai saat dijaga ketat

 

Menjelaskan langkah 4: Bounce bola ke dekat tubuh dan lindungi dribble dari defender dengan hand dan arm yang tidak dribbling

 

Menjelaskan langkah 5: Tegakkan kepala dan lihat seluruh court (dan rekan satu tim)

 

Menjelaskan langkah 6: Belajar bagaimana dribble dengan hands kanan dan kiri

Penilaian psikomotor

Nama siswa :

Tanggal :

Kelas :

Checklist

Keterampilan Passing

 

Melaksanakan langkah 1: Pemain pertama-tama dalam posisi athletic yang seimbang, dengan feet dibuka selebar bahu dan knees ditekuk

 

Melaksanakan langkah 2: Pegang bola dengan dua hands di dekat bagian tengah dada, dengan thumbs ke atas dan elbows ke dalam

 

Melaksanakan langkah 3: Bola dipegang dekat dengan tubuh

 

Melaksanakan langkah 4: Saat melakukan pass, rentangkan arms hingga full length, memutar elbows dan wrists ke luar sehingga hands finish in a thumbs-down, palmsout position

 

Melaksanakan langkah 5: Pemain harus melepaskan bola dengan snap of the wrist, memberikan spin pada bola dengan jari telunjuk dan tengah serta ibu jari saat meninggalkan tangan, sehingga bola akan bergerak dalam garis lurus ke receiver

 

Melaksanakan langkah 6: Follow through dengan arms

Keterampilan Shooting

 

Melaksanakan langkah 1: Letakkan bola di finger pads masing-masing hand, dengan shooting hand behind dan sedikit di bawah bola dan nonshooting hand menyeimbangkan bola dari samping

 

Melaksanakan langkah 2: Fokus pada target tertentu, biasanya rim atau backboard

 

Melaksanakan langkah 3: Sejajarkan shoulders, hips, dan feet dengan (menghadap) ke keranjang

 

Melaksanakan langkah 4: Tekuk knees untuk mendapatkan momentum shot. Biarkan legs, bukan arms, menjadi sumber tenaga utama untuk shot

 

Melaksanakan langkah 5: Tekuk shootingarm elbow kira-kira pada sudut 90 derajat, pertahankan forearm tegak lurus dengan lantai dan di depan wrist yang cocked saat bola dibawa ke posisi shooting di atas forehead

 

Melaksanakan langkah 6: Saat legs are extended, lepaskan bola dengan extending the elbow, bawa wrist ke depan, dan gerakkan fingers of the shooting hand ke atas dan melewati bola

 

Melaksanakan langkah 7: Follow through setelah release dengan landing dengan kedua feet, extending the shooting arm dan dropping the wrist, arahkan jari telunjuk shooting hand langsung ke keranjang

VIDEO MODEL PEMBELAJARAN

BOLABASKET MINI BERBASIS BERMAIN

Keterampilan Dribbling

 

Melaksanakan langkah 1: Membentuk perasaan pada bola, dengan pads dari jari-jari tangan

 

Melaksanakan langkah 2: Pertahankan posisi siap, pertahankan knees ditekuk dan rear down

 

Melaksanakan langkah 3: Menjaga agar dribble tetap terkontrol dan selalu bounce bola di bawah ketinggian waist, dan bahkan lebih dekat ke lantai saat dijaga ketat

 

Melaksanakan langkah 4: Bounce bola ke dekat tubuh dan lindungi dribble dari defender dengan hand dan arm yang tidak dribbling

 

Melaksanakan langkah 5: Tegakkan kepala dan lihat seluruh court (dan rekan satu tim)

 

Melaksanakan langkah 6: Belajar bagaimana dribble dengan hands kanan dan kiri

Dr. Ahmad Septiandika Adirahma, S.Pd., M.Or.

MODEL PEMBELAJARAN BOLABASKET MINI BERBASIS BERMAIN​

Background Riset ini mengembangkan model pembelajaran bola basket mini berbasis bermain yang ditujukan bagi siswa putra sekolah dasar Fase C (usia 10–12 tahun) untuk meningkatkan keterampilan psikomotor, kognitif, dan afektif. Penelitian menggunakan metode Research and Development (R&D) model Plomp (2013) tahapan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan prototipe, validasi ahli, uji coba terbatas, revisi, uji coba luas, dan finalisasi.